Berikut ini adalah beberapa tabiat dunia kerja yg Anda harus tahu agar bisa menyiasatinya, khususnya bagi Anda2 yg baru mau terjun di dunia kerja. Beberapa darinya mungkin Anda ndak suka, atau bahkan tidak bersepakat dengannya. Apapun deh, nyatanya semua yang disampaikan di sini benar2 terjadi di dunia kerja.
1. Anda Pasti Akan Dibayar Seminimal Mungkin
Perlu teknik negosiasi gaji yg mantap untuk mendapatkan gaji yg diinginkan, karena dengan jabatan yg sama, gaji bisa beda jauh. Buat yg sudah kerja, ini tentu sudah jadi pengetahuan umum. Tapi bagi yg belum pernah bekerja, mereka pikir bukannya gaji di perusahaan udah ada standarnya. Mereka pada bertanya, “Kenapa kok bisa gitu?”
Pertama, perusahaan pikir masih ada banyak orang yg bersedia menggantikan posisi Anda jika memang Anda keberatan dengannya. Lalu bila Anda protes tentangnya, bisa2 harus ucap selamat tinggal pada promosi. Yg jelas secara mendasar biaya karyawan masuk di prosentase terbesar dari total biaya perusahaan. Komponen biaya ini biasanya dimonitor dalam berbagai pelaporan dan budgeting. Ini adl salah kunci penentu performa perusahaan. Semakin kecil biaya
Jadi gimana dong?
Jika Anda memang lebih butuh jaminan aman -kerja yg ‘mapan’- ketimbang gaji yg gede, ya silahkan menahan diri -ndak usah buru2 protes- dan baru ajukan permohonan Anda untuk naik gaji pada saat review tahunan.
Secara umum, Anda memang perlu membangun CV yg benar-benar berkilau dan berani proaktif. Proaktif dalam artian Anda perlu mengajukan diri untuk tangani project, ambil tanggung jawab lebih, keluarkan saran2 bermutu, sambil kadang2 menelan harga diri dan bersikap kompromis terhadap sikap/keputusan atasan.
2. Anda “Ndak Kan Bisa” Ndapetin Banyak Uang Slama Masih Kerja Buat Orang Lain
Ada berapa banyak sih jumlah manajer senior di tempat kerja Anda? Dan bagaimana juga di tempat lain? Rasionya paling2 berkisar antara 40:1 sampe 200:1. Seperti yg dikatakan oleh sangTuti, cuman sedikit saja karyawan yg bisa dapet 80 juta-an per bulan. Jadi bila Anda bisa dapatkan pendidikan, latar belakang, kemampuan, koneksi dan barangkali “keberuntungan” yg sama seperti mereka, itu lah yang akan mempertinggi peluang Anda untuk bisa dapatkan uang sebesar yg mereka dapat. Tapi bila Anda ndak punya salah satu apalagi beberapa darinya, peluang Anda pun jadi menurun tajam.
Jadi sekarang silahkan bertanya pada diri sendiri, mau nunggu sampai kapan sampe bisa ndapetin gaji seperti atasan2 Anda? Begitu sudah waktunya Anda dapet uang yang sama seperti mereka, jangan2 sudah keburu mau pensiun. Padahal Anda kan mau uangnya sekarang - pengen beli rumah, nyekolahkan anak, dst dst.
Jadi, apa yg bisa dilakukan?
Anda bisa terus bertahan dan “menunggu” hingga Anda dapatkan promosi demi promosi.
Atau Anda bisa masuk ke sektor usaha yg prospektif mendatangkan banyak uang seperti informatika atau finance. Masing2nya membutuhkan spesialisasi dan upaya investasi -waktu, biaya- belajar yg lumayan. Dan harus dipastikan dulu bahwa Anda bisa benar2 menikmatinya.
Atau Anda bisa seriusi hobi Anda untuk temukan cara2 yg bisa beri kemanfaatan bagi orang lain dan jadi ahli di sana. Buka mata dan telinga lebar2, ngobrol2 dg teman, cari2 sapa yg kira2 bisa diajak bisnis bareng. Inget2 apa sih yg bisa dipelajari dari atasan yg bisa diterapkan di luar? Ada ngga kerjaan di perusahaan yg bisa Anda lakukan secara lebih baik dan murah? Ada ngga gagasan luar biasa yg tidak diloloskan oleh pihak manajemen? Akumulasikan apa2 yg Anda tahu, sapa tahu itu bakal berguna.
3. Bukan Tentang Apa, Namun Siapa
Bukanlah tentang apa2 yg Anda tahu, melainkan siapa2 saja yg Anda kenal dan lantas siapa2 saja yg kenal dg Anda. Ketika Anda sudah bisa meningkatkan performa dalam hal kualitas, kuantitas dari aspek pekerjaan, maka Anda harus membuat orang yg tepat mengetahui tentangnya. Orang yg tepat? Iya, orang2 yg punya kuasa untuk mempromosikan Anda dan yg mana omongannya begitu diperhatikan.
who vs what
4. Perhatikan dg Siapa Anda Diasosiasikan
Anda nggak harus berkumpul dg orang2 yg ndak cocok dg nilai2 Anda. Di tempat Anda kerja, amat bisa jadi ada orang2 yang sukanya mengeluh, menggerutu, menggosip, gosip fitnah, hingga yang sukanya ngutil barang2 kantor sampai korupsi. Mereka akan cari2 kesempatan untuk menyalurkan hasrat mereka.
Kecuali Anda memang berniat mengentas mereka dan punya kekuatan pengaruh yg kuat, maka sebaiknya Anda tidak masuk pada lingkar pertemanan mereka. Bahkan jangan sampai terlihat akrab dengan orang2 semacam itu. Atasan Anda pastinya tau siapa2 saja orang yg sukanya gosip, berbohong dan males2an klo dikasih kerjaan. Jika Anda berteman dg orang2 semacam itu, maka yg terjadi adalah guilty by association, Anda akan ikut kena getah tanpa perlu menjadi sumber getah.
0 komentar:
Posting Komentar